Belajar Mencintai Indonesia

02.33 svargayatraa 0 Comments

Yogyakarta, Mei 2016.
Budaya dan Pemuda

Siang itu, ditengah kebosanan saya men-scroll laman-laman dan timeline hiburan sehari-hari (baca: instagram), saya menemukan sebuah page yang menawarkan hal menarik, berisi informasi mengenai teknologi dan kendaraan terkini. Toyota Manufacturing Indonesia. Di page itu saya membaca deretan penemuan terkini, dan mutakhir mengenai hal-hal tabu (bagi kalangan awam) seperti saya, yang dunianya belum terlalu dekat dengan teknologi di bidang otomatif. Page ini menyajikan informasi berguna yang berkaitan dengan mesin, sparepart, bahkan perawatan dan fasilitas terbaru nan cangggih yang dirilis oleh Toyota. Dan kemudian saya membaca sebuah pengumuman menarik! Ya, sebuah lomba yang pada dasarnya, adalah membuat Quotes dan Blog serta Kompetisi Photo, yang berkiblat pada kepedulian rakyat Indonesia akan kebudayaan, sumber daya, dan kekayaan bangsa, dengan ikut serta dan berpartisipasi dalam lomba ini.
Membaca pengumuman tadi, saya tertarik. Selain karena koleksi foto-foto yang kebetulan, berkaitan dengan lomba lumayan banyak, sebut saja temanya BUDAYA, saya berinisiatif untuk ikut serta. Secara teknis, jelas sebuah lomba atau ajang apapun pasti diawali dengan tahap pendaftaran atau administrasi, secara gampangnya. Lalu setelah proses pendaftaran, saya kemudian memilah jenis lomba apa yang akan saya ikuti. Karena ada 3 jenis lomba, Photo Competition, Quotes dan Blog. Ohya, lomba yang diadakan TMMIN Indonesia ini adalah IMAJINESIA. Kalau teman-teman searching di google maka akan muncul hasil secara lengkapnya.
Singkat cerita, kemudian saya pun memutuskan untuk mengikuti lomba Quotes IMAJINESIA.  Ada 3 jenis subtema yang diangkat pada lomba Quotes ini. yakni Product and Technology, Industry Development, dan Social Empowerment. Tema yang saya pilih adalah Social Empowerment, karena secara sederhananya, saya lebih paham dengan subtema ini.

Berikut quotes yang telah saya upload di TMMIN Quotes.


“Hilang Budaya, Hilang Entitas Bangsa

      Sebelum membuat quotes ini jelas saya pertimbangkan baik-baik, bermanfaatkah yang saya tulis, baikkah yang saya posting atau saya hanya mengejar hadiahnya saja? Tidak munafik, hadiahnya memang menggiurkan, tapi dibalik semua itu, ada beberapa pemikiran kecil, yang saya coba ingin bagi kepada warga Indonesia, terutama pemuda dan remaja. Mengapa dua jenis manusia ini? Ya dua jenis jenjang usia yang sedang gencar-gencarnya mencari jati diri. Menilik sejarah bangsa kita yang dulu kaya akan moral, adat dan budaya, miris rasanya melihat tingkah dan kelakuan remaja belia, yang sebenarnya mereka hanya ikut-ikutan saja. Budaya paling sederhana saja, salim tangan terhadap orangtua, sudah mulai ditinggalkan. Menyapa sesama, yang berkembang sekarang adalah kata-kata kasar, yang terlontar tanpa batasan, karena sudah dianggap kebiasaan. Iya, normal. Tapi mau sampai kapan? Masih ingat beberapa aset penting budaya kita pernah diklaim negara lain? Dan golongan yang mulai mendewakan bahasa asing sebagai bahasa kekinian. Tolong, didunia Indonesia Cuma 1, tidak ada replikanya. Tidak ada yang bisa menggandakannya atau menggantinya dengan apapun. Dan inilah mengapa, Kata Entitas atau wujud saya selipkan di   quotes ini, agar siapapun yang membacanya (( dan bahkan saya pribadi )) , menyadari Indonesia itu punya wujud, punya budaya dan punya banyak aset berharga yang wajib kita jaga, sebagai bentuk cinta pda negara ini.



“Entitas Budaya Bangsa ada di Tangan Pemuda Berdigdaya”

      Lagi, lagi entitas, dan Budaya. Sebut saja saya seorang naif yang sedang cinta-cintanya pada budaya Indonesia, karena baru menyadari, ya Indonesia ini istimewa. Manalagi sih, negara yang upacara perkawinan, kelahiran dan kematiannya saja beragam dan penuh makna serta filosofisnya tinggi? Mana lagi sih, sudut kota yang menyajikan keramahan ketika bahkan kita ngga kenal itu siapa yang lewat? Lalu mengapa di tangan Pemuda yang Berdigdaya. Kata digdaya pertama kali saya cari ketika saya duduk dikelas 2 SD, dimana saya hanya paham digdaya itu Unggul, tak terkalahkan, tapi baru di bangku SMA kelas 2 saya paham, digdaya itu bukan sekedar Unggul, tapi juga kuat, kokoh, dan selalu bermental pemenang. Menang disini bukan berarti harus selalu menang, tapi bermental pemenang, tau kapan harus mengakui kekalahan. Yap, karena hanya orang bermental yang paham bagaimana memaknai sebuah kekalahan.
Mengapa harus berdigdaya?
      Kembali pada esensi kata digdaya, pemuda Indonesia , harus punya jiwa yang kuat, mental yang tidak lembek dan diri yang mau sadar akan kelemahan diri sendiri dalam menghadapi persaingan di dunia global. Contoh kecil saja, berbisnis UKM  yang basicnya hanya bersaing di lokal, setidaknya kita punya pemikiran, anti iri, ini bangsa sendiri. Kita melawan diri dan iri demi perbaikan negeri ini.


“Kebudayaan itu Harga Berharga , Manusia yang Memegang Kunci “

Ya, dari laman yang pernah saya baca “Jika kita tidak berilmu, setidaknya kita punya malu” (( via: berdakwah.net )). Kata kata ini yang menginspirasi saya untuk membuat quotes ini. Sebab memang, sepandai apapun  kita, bahkan jika kita tidak memiliki adab dan malu, tidak akan bedanya dengan orang yang tak punya ilmu. Jelas standar untuk menentukan berilmu atau tidak adalah bertolak pada sikap dan kelakuan kita terhadap sesama. Maka apapun itu budayanya, manusialah yang memegang kunci dari bentuk keabsahan entitas bangsa ini.

Secara sadar, saya paham betul banyak sekali karya yang lebih berkualitas dari saya, tetapi puji syukur saya memenangkan lomba ini. Lalu, apa tujuannya menulis ini? Pamer? Jelas tidak. Mau terkenal? Jelas bukan. Saya hanya berharap bahwa, kelak jika anak saya, ataupun siapapun yang membaca ini dimasa depane, entah dalam keadaan apa saya nantinya, semoga kebudayaan bangsa ini tetap terjaga, dan lestari entitasnya, dan budaya kita tidak kehilangan manusia-manusia berdigdayanya.

Dedicated to myself and my future precious family.




You Might Also Like

0 komentar: